Rabu, 03 Juni 2015

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GEDUNG GEREJA DENGAN GEDUNG PERTEMUAN UMUM

(sumber foto ilustrasi: www.rosenmanmanihuruk.blogspot.com)
Tahun 2014 lalu, tepatnya Senin 15 Desember 2014 saya ikut menghadiri perayaan Natal kumpulan marga (suku Batak) yang acaranya diadakan di sebuah gereja. Sejak awal saya memang ada perasaan aneh, kok acara yang bukan "kegiatan gereja" diadakan di dalam gereja sekalipun acara itu berkaitan dengan acara keagamaan. Kalau memang harus merayakan Natal atas nama organisasi sosial kegiatan itu seharusnya diadakan di gedung atau tempat yang bukan berstatus 'gereja'. Oh ya, saya ikut acara perayaan Natal itu sebenarnya karena diajak/diundang teman semarga (yang menjadi anggota organisasi dan jemaat di gereja itu) untuk mengisi acara itu berupa vokal grup dan kami menyanyikan satu lagu rohani.

Singkat cerita, keanehan demi keanehan pun muncul. Keanehan dimulai saat dalam acara (ibadah) Natal seperti itu tiba-tiba ditampilkan suatu acara kesukuan yaitu penampilan tarian suku Batak (tari tor-tor) yang diiringi musik tradisional Batak  (musiknya diputar via alat musik keyboard) dan gondang (gendang). Hal itu kemudian "semakin buruk" karena tari tor-tor itu persis seperti acara pesta duniawi dimana para penari mendapat "sawer" dari undangan yang hadir (ikut menari). Saya tidak tahu hasil saweran itu untuk siapa, apakah untuk gereja atau untuk organisasi marga yang mengadakan Natal atau untuk para penari.

Tidak cukup dengan tor-tor, kesucian gereja sebagai tempat ibadah semakin tidak jelas saat di akhir acara sekelompok kaum pria menyanyikan lagu pop duniawi berupa lagu Batak yang diiringi musik keyboard. Ada beberapa lagu yang dinyanyikan, dan anehnya pada malam itu sebenarnya pendeta yang bertugas sebagai pelayan (gembala) di gereja itu, ada hadir di sepanjang acara itu, tetapi tidak terlihat ada keinginan untuk melarang mereka. Karena acara itu memakai sound system suara itu terlalu jelas untuk didengar oleh masyarakat sekitar gereja termasuk saudara kita yang beragama Islam. Itulah sebabnya saya cukup kuatir karena sudah pasti image mereka terhadap gereja sebagai tempat ibadah orang Kristen menjadi buruk.

Saya tidak ingin men-generalisir (menyama ratakan) bahwa semua gereja seperti itu, tetapi saya sangat berharap hal ini harus menjadi perhatian kita umat Kristen dan menyadari bahwa gereja adalah rumah ibadah, tempat berdoa bukan gedung untuk berpesta, hura-hura. Jika gereja tempat anda beribadah setiap Sabtu atau Minggu termasuk yang seperti itu mari kita berubah. Dengan demikian apabila ada orang yang ingin menuliskan PERSAMAAN dan PERBEDAAN antara gereja dengan gedung pertemuan umum, maka persamaannya tidak lebih banyak dibanding dengan perbedaannya.

Kiranya TUHAN memberkati kita semua.


Artikel Terkait

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GEDUNG GEREJA DENGAN GEDUNG PERTEMUAN UMUM
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email